KELOMPOK 2 HADITS AHKAM
Nama : Siti Khumairoh
NIM : 1415201053
Jurusan : Ahwal Asy
Syakhsiyyah
Semester : III/A
باب
صلاة المسافر والمريض
Hadits ke-463 :
عن معاذ رضي الله عنه قال : خرجنا مع النبي صلى الله عليه و سلم في غزوة
تبوك فكان يصلي الظهر و العصر جميعا و المغرب و العشاء جميعا. (رواه مسلم)
“Dan dari Mu’adz r.a, ia
berkata : kami keluar bersama Rasulullah SAW., pada waktu perang Tabuk, beliau
biasa sholat dzuhur dan ashar dengan jamak dan sholat maghrib dan ‘isya dengan
jamak”. (H.R.
Muslim)
Analisis Lafadz
:
يصلي
الظهر والعصر جميعا , mengerjakan solat Dzuhur dan solat Asar secara jamak taqdim tetapi dapat pula ditafsirkan bahwa jamak ini adalah
jamak ta’khir.
Kajian Sanad :
-
Biografi Mu’adz
bin Jabal :
Nama beliau adalah Mu’adz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Kahzraji.
Beliau merupakan salah satu dari golongan pertama masuk islam (assabiqunal
awwalun) ketika berusia 18 tahun. Beliau terkenal akan kecerdasannya, salah
satunya dalam bidang fiqh. Mu’adz ibn Jabal wafat pada tahun 18 Hijriyah ketika
berusia 33 tahun karena terkena penyakit Tha’un di Urdun dalam misi dakwah pada
masa kekhalifahan Umar bin Khattab.
Sedikit Sejarah
Perang Tabuk :
Perang terjadi pada tahun 630 Masehi atau 9 Hijriyah di Tabuk (sekarang
terletak diwilayah Arab Saudi barat laut). Perang terjadi antara 30.000 Muslim
(ada pula yang mengatakan 70.000) dan 40.000 pasukan Bizantium (Romawi Timur).
Perang ini sebenarnya tidak pernah terjadi karena saat Romawi mendengar
kedatangan pasukan Muhammad ke Tabuk, mereka menarik diri ke utara.
Makna Hadits :
Syariat
Islam telah menetapkan waktu-waktu tertentu untuk mengerjakan sholat, setiap
sholat pada dasarnya mestilah dikerjakan pada waktu yang telah ditetapkan itu.
memandang musafir (orang yang berpergian) merupakan salah satu faktor yang
boleh menyebabkan kesusahan, maka syariat islam memberi keringanan atau rukhsoh
untuk menjamak dua solat yang waktunya saling berdekatan antara satu
sama lain; solat Dzuhur dengan solat Asar disatukan, sama ada jamak taqdim ataupun
jamak ta’khir, demikian pula solat Maghrib dengan solat Isya disatukan, sama
ada jamak taqdim atau jamak ta’khir.
Sholat Jamak adalah sholat yang menyatukan dua sholat atau
mengerjakan dua sholat fardu pada satu waktu. Jika perjalanan telah dimulakan
pada waktu solat yang pertama, maka jamak yang dilakukan adalah jamak taqdim,
maksudnya jika akan menjamak sholat dzuhur dan ashar maka sholatnya dikerjakan
pada waktu dzuhur begitupun sholat magrib dan isya dikerjakan pada waktu magrib
tiba. Urutannya yaitu kerjakan sholat yang pertama kemudian sholat yang kedua
tanpa diselingi kegiatan apapun maksudnya setelah salam pada sholat dzuhur
langsung berdiri untuk mengerjakan sholat ashar.
Jika perjalanan telah dimulakan pada waktu solat yang kedua, maka
jamak yang dilakukan adalah jamak ta’khir. Jamak ta’khir yakni
mengerjakan dua sholat fardu pada waktu sholat yang kedua. Boleh diawali sholat
dzhuhur dulu ataupun sholat ashar dulu.
Faktor yang membolehkan
berbuat demikian adalah kesusahan dan hukumnya mubah, sedangkan hikmahnya
adalah memberikan keringanan kepada orang yang sedang bermusafir. Melakukan
solat jamak di tempat tinggal hukumnya dilarang. Hadis-hadis yang menyebutkan
hal ini mestilah ditafsirkan sebagai jamak formaliti saja, tetapi pada
hakikatnya setiap solat mesti dikerjakan pada waktunya, di mana solat pertama
dikerjakan pada akhir waktunya dan solat yang kedua dikerjakan pada permulaan
waktunya.
Imam Abu Hanifah tetap berpegang kepada kaidah asal di mana beliau mewajibkan
setiap solat dikerjakan pada waktunya yang telah ditetapkan, kecuali jamak
taqdim di Arafah dan jamak ta’khir di Muzdalifah, kerana adanya nash yang menerangkan
hal tersebut. Beliau menjadikan jamak ini sebagai salah satu daripada kesempurnaan
manasik haji dan inilah yang menjadi faktor yang membolehkan jamak.
Fiqh Hadits :
Seseorang yang bermusafir disyariatkan menjamak dua solat yang
waktunya saling berdekatan antara satu sama lain, baik itu jamak taqdim maupun
jamak ta’khir. Berikut beberapa pendapat dari ahli Fiqh mengenai sholat jamak :
1.
Imam Malik,
Ahmad dan Syafi’i berpendapat bahwa orang musafir boleh melakukan jamak taqdim
dan ta’khir.
2.
Al Auza’iy
mengatakan bahwa orang musafir boleh melakukan jamak ta’khir saja, pendapat ini
juga diriwayatkan oleh Malik dan Ahmad bin Hambal.
3.
Abu Muhammad
bin Hazm, An-Nakha’iy, Al Hasan dan Abu Hanifah memilih pendapat yang
mengatakan bahwa tidak boleh jamak bagi orang yang sedang musafir baik jama
taqdim maupun jama ta’khir. Mereka menafsirkan hadits sebelumnya yang
menjelaskan tentang sholat jamak yang dilakukan Nabi SAW., hanyalah jamak dalam
pengertian istilah saja, yaitu dengan pengertian bahwa Nabi menta’khirkan
sholat dzuhur hingga akhir waktunya dan menunaikan sholat ashar pada awal
waktunya.
4.
Ibnu Hazm
mengatakan : boleh jamak ta’khir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar