Selasa, 13 Desember 2016

Nur Kholis

AL-BIRRU (KEBAIKAN) DAN SHILAH (SILATURROHMI)
َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
( مَنْ أََحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ) أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ
Al-birru dengan mengkasrahkan huruf ba' artinya banyak berbuat kebajikan. Al-Barru artinya seorang yang banyak berbuat kebajikan. Al-birru merupakan salah satu dari sifat Allah Ta'ala. Shilah dengan mengkasrahkan huruf shad, berasal dari washalahu, seperti kata wa'adahu 'udatan. Penulis kitab An-Nihayah menyebutkan bahwa kata ini sering berulang-ulang disebutkan di dalam berbagai hadits tentang silaturahmi. Ini merupakan kata yang mengungkapkan perbuatan baik dan lemah lembut terhadap kerabat yang ada hubungan darah, mertua dan memberikan perhatian kepada mereka. Walaupun kerabat jauh dan telah berbuat buruk kepada dirinya. Lawan kata silaturahmi adalah qathii'atur-rahmi.




Hadits No. 1483

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa ingin dilapangkan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menghubungkan tali kekerabatan." Riwayat Bukhari.
Penjelasan hadist
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa ingin rezekinya dilapangkan (yakni bagi yang ingin rezekinya dilapangkan oleh Allah Ta'ala) dan umur nya dipanjangkan (bentuk kata yunsa-a dengan huruf sin yang tidak ditasydidkan. Bentuk katanya sama seperti kata yubsatha dengan artinya dipanjangkan) umurnya (atsaarihi dengan huruf tsa' diikuti dengan huruf ra' artinya umur) hendaklah ia menjalin hubungan silaturrahim." Hadits riwayat Al-Bukhari.



Tafsir Hadits
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
«أَنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي الْأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِي الْأَجَلِ»
"Sesungguhnya menyambung tali silaturahmi dapat menumbuhkan kecintaan pada keluarga, menambah harta dan dapat memanjangkan umur.' [Shahih: At Tirmidzi 1979]
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
«صِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يُعَمِّرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ»
"Silaturahmi dan pergaulan yang baik dengan tetangga dapat memakmurkan. kampung dan menambah umur." [Shahih: Shahih Al Jami' 3767]
Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dari hadits Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
«إنَّ الصَّدَقَةَ وَصِلَةَ الرَّحِمِ يَزِيدُ اللَّهُ بِهِمَا فِي الْعُمُرِ وَيَدْفَعُ بِهِمَا مِيتَةُ السُّوءِ»
"Sesungguhnya dengan sedekah dan silaturahmi, Allah akan menambahkan umur dan menghindarkan diri dari kematian yang jelek.” Sanad hadits ini dha'if. [Dhaif: Dhaif Al Jami' 1489]
Ibnu At-Tiin berkata, "Zhahir hadits (yakni hadits riwayat Al-Bukhari) bertentangan dengan firman Allah Ta'ala:
{فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ}
"Maka apabila Telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-'Araf: 34 dan an Nahl 61)
Dan untuk mengkompromikan kedua dalil tersebut terdapat dua cara:
1. Tambahan umur yang dimaksud merupakan ungkapan penambahan berkah pada umur dengan ia diberi taufiq untuk melaksanakan amal ketaatan dan dapat mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna untuk akhiratnya sehingga dirinya terjaga dari perkara yang tidak bermanfaat. Pernyataan yang mirip dengan hadits ini seperti hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyatakan bahwa umur umat beliau lebih pendek dari umur umat-umat sebelumnya sehingga Allah memberinya lailatul qadar. Kesimpulannya bahwa silaturahmi merupakan sebab seseorang mendapat taufiq dari Allah yang membuatnya mampu melakukan amal ketaatan dan menjauhkan diri dari maksiat. Walaupun ia meninggal, namun kebaikannya tetap dikenang orang, seolah-olah ia belum meninggal.
2.   Tambahan umur yang hakiki. Hanya saja tambahannya menurut ilmu yang diketahui oleh malaikat yang diwakilkan untuk menuliskan umur. Adapun yang tercantum dalam ayat adalah ilmu yang ada pada Allah. Seperti dikatakan kepada malaikat, "Umur si fulan seratus tahun jika ia menyambung tali silaturrahmi. Jika ternyata ia memutus tali silaturrahmi, maka umurnya hanya enam puluh tahun. Akan tetapi, Allah Ta'ala sudah mengetahui apakah si fulan tersebut semasa hidupnya akan menyambung tali silaturrahmi atau tidak. Demikianlah yang diisyaratkan pada firman Allah Ta'ala: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang dia kehendaki)..." (QS. Ar-Ra'd: 39)
Menghapus dan menetapkan takdir sesuai dengan pengetahuan yang ada pada malaikat dan apa yang tertulis di dalam ummul kitab. Adapun yang ada pada ilmu Allah Ta'ala sama sekali tidak ada yang dihapus.
Ketetapan yang ada pada ilmu Allah disebut dengan qadhaa’ al-mubram sedangkan yang ada pada selain Allah disebut qadhaa'u al-mu'allaaq. Cara pengkompromian yang pertama lebih sesuai, karena kenangan akan senantiasa menyertai orangnya.
Jadi, yang dimaksud dengan tambahan umur adalah orang-orang mengenang kebaikannya setelah ia meninggal. Pendapat ini dirajihkan oleh Ath-Thibbi di dalam kitab Al- Faa'iq.
Pendapat ini juga dikuatkan lagi dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam kitab Ash-Shaghir dengan sanad yang dha'if dari Abu Darda' Radhiyallahu Anhu, ia berkata, "Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang menyambung tali silaturrahmi yang dapat memperpanjang umur. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Sesungguhnya tidak ada tambahan dalam perkara umur. Sebab Allah Ta'ala berfirman, "Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-'Araf: 34) Tetapi maksudnya adalah ia memiliki keturunan shalih yang mendoakannya setelah ia meninggal."
Ath-Thabrani juga meriwayatkan hadits ini dalam kitab Al-Kabiir dari jalur yang berbeda.  Bahkan Ibnu Faurak berani memastikan bahwa yang dimaksud dengan memperpanjang umur adalah seorang yang berbuat baik, pemahamannya dan akal pikirannya tidak berkurang. Selain beliau, ulama lain ada yang berpendapat lebih umum dari pernyataan Ibnu Faurak yakni adanya pertambahan berkah pada amalan dan rezeki.
Ibnu Qayyim berkomentar dalam kitabnya yang berjudul Ad-Daa' wad Dawaa' bahwa masa hidup seorang hamba sepanjang umurnya hanya ketika hatinya menghadap Allah, senantiasa mengingat dan menaati-Nya serta menjauhkan dirinya dari perbuatan maksiat. Inilah umur dan kehidupan yang sebenarnya. Adapun hati yang berpaling dari Allah, senantiasa berbuat maksiat, berarti orang ini telah menyia-nyiakan umurnya. Berdasarkan hal ini, bagi orang yang menyambung tali silaturahmi, Allah akan berikan kepadanya kehidupan umur yang lebih panjang dengan selalu mengingat-Nya dan mengisi waktunya dengan amal ketaatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar